Kisah pendiri whatsapp dari gelandangan hingga jadi millioner
Tentu anda sudah tahu sebuah aplikasi chatting yang fenomenal bernama Whatsapp ini, dan mungkin saja sekarang anda menggunakannya di smartphone anda. Tampilannya memang begitu simpel dan mudah untuk di gunakan sehingga aplikasi ini disukai banyak orang dan telah digunakan oleh jutaan pengguna smartphone di seluruh dunia.
Tapi tahukah anda perjuangan Jan Koum sang pendiri Whatsapp benar-benar pelik dan penuh haru, karena ia bukanlah seseorang yang berpendidikan tinggi maupun seseorang yang memiliki modal yang besar, semuanya ia mulai daro nol.
Jan Koum, pria kelahiran 24 Februari 1976 ini dilahirkan dari sebuah keluarga kecil yang miskin di negara Ukrania. Saat usianya beranjak 16 tahun ia bersama Ibunya kemudian memutuskan untuk pindah ke Amerika Serikat, dengan harapan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Namun sesampainya di Amerika, apa yang mereka harapkan untuk sebuah kehidupan yang lebih baik tampaknya tidak langsung mereka dapatkan, justru Jan Koum bersama sang Ibu harus rela hidup serba kekurangan, karena mereka hanya bisa makan dari jatah yang di berikan pemerintah dan hidup di penampungan. Bahkan jika tempat di penampungan sudah penuh, mereka harus rela tidur di jalanan dengan beralaskan tanah dan beratapkan langit, serta merasakan udara malam yang begitu dingin menusuk tulang. Jan Koum sering sekali menangis jika mengenang perjuangan masa lalunya yang begitu pahit dan menderita.
Untuk bisa bertahan hidup Jan Koum yang saat itu masih remaja kemudian bekerja sebagai tukang bersih di sebuah super market. Saat kondisinya yang begitu sulit, Jan Koum justru harus mendengar sebuah kabar buruk, bahwa sang Ibu di diagnosa penyakit kangker. Karena tidak punya banyak uang sang Ibu pun hanya bisa mendapatkan tunjangan kesehatan seadanya saja dari pemerintah.
Disaat kondisinya semakin tidak menentu, Jan Koum justru nekat memberanikan diri untuk kuliah di San Jose University dengan tujuan agar bisa merubah nasib dirinya dan Ibu tercintanya menjadi lebih baik. Namun setelah beberapa bulan kuliah, Jan Koum kemudian memutuskan untuk Droup Out dari kampusnya.
Meskipun Jan Koum telah berhenti kuliah, namun ia tidak berhenti untuk belajar, ia lebih suka mempelajari ilmu pemograman komputer secara otodidak yaitu dengan memperbanyak baca buku dan berbagai referensi dari internet, hingga Jan Koum menjadi seorang programer yang handal. Berbekal keahlian yang dimilikinya, Jan Koum kemudian mencari berbagai lowongan pekerjaan, dan berkat perjuangannya yang sangat gigih itu, akhirnya ia berhasil di terima bekerja sebagai enginer di sebuah perusahaan internet besar yaitu Yahoo.
Jan Koum bekerja di Yahoo selama kurang lebih 10 tahun, dan sejak saat itu ia memiliki seorang teman yang sangat akrab bernama Brian Acton. Memiliki sebuah ambisi dan misi yang sama, Jan Koum bersama teman dekatnya Brian Acton kemudian memutuskan untuk keluar dari Yahoo dan memilih mendirikan Startup sendiri.
Sebuah keputusan yang sangat berani, namun berkat keyakinan dan kerja keras mereka, akhirnya pada tahun 2009 terciptalah sebuah aplikasi bernama Whatsapp yang kemudian mengantarkan mereka kepada kesuksesan.
Sebuah aplikasi chatting yang sangat pepuler bernama Whatsapp ini kemudian membuat tertarik Mark Zuckerberg sang pendiri facebook untuk membelinya. Setelah berpikir, dan bernegosiasi cukup panjang akhirnya Whatsapp resmi di beli oleh facebook dengan harga yang fantastis yaitu Rp 209 Triliun.
Namun Jan Koum begitu menyesal dan terpukul karena kesuksesanya saat ini yang dahulu ia perjuangkan bersama sang Ibu ternyata hanya ia nikmati sendiri olehnya dan tak pernah bisa mengabarkan berita bahagia ini kepada ibunya yang telah lebih dahulu meninggal.
Komentar