Kisah Sukses : Merry Riana – Motivator Wanita No 1 di Asia dan Pengusaha Muda Berpenghasilan 1 Juta Dolar Di Usia 26 Tahun
Merry Riana
Seorang mahasiswi dengan ekonomi pas-pasan, anak muda Indonesia ini telah menjelma menjadi miliuner muda dan diakui sebagai pengusaha sukses, motivator wanita nomor 1 di Asia yang sangat dinamis, serta pengarang buku terlaris di Singapura. Melewatkan masa kuliah yang penuh keprihatinan finansial di Nanyang Technological University, Merry kemudian menciptakan perubahan paradigma berpikir dan memulai suatu perjuangan dengan konsep dan etos kerja luar biasa. Akhirnya, dia berhasil meraih penghasilan 1 juta dolar di usia 26 tahun.
Assalamualaikum teman-teman....
Kalo Evi mendengar nama Merry Riana...wuih Evi ikut bangga sebagai warga negara Indonesia. Emangnya siapa sich Merry Riana? Ada apa dengan Merry Riana? Oke oke Evi ceritain ya... dijamin cerita ini gak ngambil dari blog tetangga. Evi tulis ulang dari bukunya Mbak Merry Riana yang berjudul “MIMPI SEJUTA DOLAR” jadi so pasti orisinil. Dibaca ya....
KISAH PERJUANGAN MERRY RIANA
Kisah ini berawal dari gagalnya Merry Riana masuk Universitas Trisakti. Bukan karena Merry Riana bodoh akan tetapi ini disebabkan adanya kerusuhan di bulan Mei tahun 1998. Orang tua beliau (Merry Riana) khawatir kerusuhan akan berkepanjangan dan mengancam keselamatannya. Akhirnya orang tua beliau memutuskan untuk memasukkannya ke NTU (Nanyang Technological University) di Singapura.
Merry Riana bukan berasal dari keluarga bangsawan yang kaya-raya, bukan pula anak dari taipan sukses. Beliau hanyalah anak dari seorang pegawai perusahaan yang telah resign dari perusahaannya dan mendirikan bisnis kecil-kecilan. Jadi tak pernah sedikitpun Merry Riana akan berkuliah di luar negeri dan orang tuanya pun tak pernah bersiap-siap dari segi dana untuk megkuliahkan anaknya di Singapura. Baginya kuliah di Singapura adalah dobrakan terbesar dalam hidupnya. Ia akan tinggal terpisah jauh di negeri orang dan jauh dari keluarga. Perlu diketahui bahwa Merry Riana adalah anak rumahan yang sangat nyaman sekali dan sangat butuh perlindungan keluarganya. Kehidupannya sejahtera dan sangat terlindungi. Rumah adalah pelabuhan damai untuknya.Tahu-tahu harus mau untuk terpisah jauh dari keluarga dan harus menghadapi kehidupan diluar sana yang entahlah bagaimana warnanya. Sebenarnya Merry sangat ingin sekali untuk tidak jadi berangkat dan kuliah di Trisakti saja. Tetapi apa boleh dikata kerusuhan Mei 1998 sangat menimbulkan ketakutan terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Kebetulan Merry Riana berdarah Tionghoa. Akhirnya terpaksa ia menyetujui usulan orang tuanya.
Kenapa NTU yang dipilih? Karena NTU menyediakan fasilitas kredit bagi biaya pendidikan bekerja sama dengan DBS (Development Bank of Singapore). Sehingga mahasiswa yang ingin kuliah disana tetapi budgetnya pas-pasan tidk perlu pusing memikirkan biaya awal. Utang dicicil saat mahasiswa lulus dan telah bekerja.
Tibalah Saat Keberangkatan ke Singapura.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Dengan bekal yang sangat minim, uang saku yang tak seberapa dari orang tua, pakaian sehari-hari, mie instan, teh, gula, kopi dan kebutuhan sehari-hari, berangkatlah Merry Riana dengan hati yang galau. Entahlah apa yang terjadi dengan nya disana, esok hari dan selanjutnya. Baginya ini benar-benar tak pernah ada dalam agenda hidupnya. Sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Singapura pikirannya dipenuhi bermacam kekhawatiran. Sebentar ia memikirkan keluarganya di Jakarta takut jika kerusuhan tak kunjung selesai dan keluarganya ada yang jadi korban, sebentar ia memikirkan dirinya sendiri di negeri orang dengan bekal pas-pasan dan uang kuliah hutangan. Belum lagi menurut berita Singapura adalah negeri yang tak mentolelir kesalahan sekacil pun. Pernah suatu ketika ada orang asing yang mencoret dinding maka ia dikenakan hukuman cambuk. Bener bener carut marut pikirannya saat itu.
Akhirnya pesawat mendarat di bandara Changi Singapura pada malam hari. Pemandangan Singapura tampak cantik. Apalagi saat melewati Orchard. Ia ingat pernah berlibur dengan keluarganya di sini, makan enak dan berbelanja. Saat itu ia berpikir alangkah beruntungnya ia bisa berlibur ke negara ini dengan uang yang cukup, sebab negeri itu memiliki magnet belanja yang sangat menggoda. Ia tidak pernah menduga jika saat ini kembali ke Singapura bukan dengan uang segebok tapi justru dengan setumpuk mie instan, kopi, gula dan setumpuk kegalauan di dada.
Saat sampai di area kampus, rombongan memutuskan untuk menuju ke kantin. Saat itu masih ada kantin yang buka, segera saja rombongan termasuk Merry Riana memesan nasi goreng dan dengan cepat mereka menghabiskan nasi goreng tersebut. Saat membayar harganya, Merry Riana sangat terkejut karena nasi goreng tanpa tambahan lauk daging atau telor harganya $ 2. Itu artinya harga nasi goreng yang sangat-sangat sederhana itu jika di kurskan ke rupiah adalah Rp20.000,- (saat itu kurs rupiah terhadap dolar sudah naik sedemikian tajam, yang semula $1 = Rp.2500,- menjadi Rp 10.000,-). Mungkin 20 ribu bukanlah apa-apa bagi yang punya uang, tetapi bagi Merry Riana yang datang dan berkuliah di situ dengan bekal yang minim dan kuliah dengan uang hutang tentulah ini problem yang besar. Ingin rasanya ia tidak jadi beli nasi goreng itu dan memilih memasak mie instan saja tapi tentu saja itu tidak boleh.
Hari Pertama di NTU
Selama kuliah di NTU Merry Riana akan bertinggal di asrama. Asrama NTU sangatlah mendukung mahasiswa untuk konsen belajar. Mulai dari bangunannya sampai pemandangan yang begitu indah layaknya di villa. Ini membuat pikiran Merry yang tegang agak rileks. Pagi pertama begitu mengesankan, pemandangan NTU yang asri sangat menentramkan hati. Merry membuat sarapannya yang pertama yaitu mie instan. Ia belum menyangka jika hari-hari selanjutnya sarapannya akan diisi oleh mie instan dan mie instan.
Hari itu ia dan sejumlah calon mahasiswa harus mengurus pinjaman di DBS sebagai biaya kuliah lalu dilanjutkan mengurus administrasi perkuliahan. Dari DBS (Development Bank of Singapore) ia menerima pinjaman sebesar 300 juta rupiah jika di kurskan di mata uang Indonesia. Uang sejumlah itu akan digunakan untuk pembayaran kuliah sampai lulus, biaya sewa asrama dan uang saku. Biaya sewa asrama dan uang saku diberikan setiap enam bulan sebesar 1500 dolar Singapura. Itu berarti 250 dolar per bulan dikurangi sewa asrama 180 dolar sisa 70 dolar. Biaya buku, fotokopi dan lain-lain mencapai 30 dolar sisa 40 dolar. Hah... Merry langsung lemas karena itu artinya ia harus hidup dengan uang 40 dolar sebulan atau 10 dolar seminggu, sedangkan harga nasi goreng polos saja harganya 2 dolar, dengan uang 10 dolar ia bisa membeli 5 kali nasi goreng, sedangkan ia harus makan 3 kali sehari 27 kali seminggu. Bertambah puyeng lah ia. Ingin rasanya ia mengadukan hal ini ke orang tuanya, mengatakan jika ternyata uang pinjaman DBS dan uang saku dari papanya tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan kuliahnya. Ya ia harus bilang ke mamanya bahwa ia butuh uang saku lebih.
Segeralah Merry menelepon orang tuanya dan... sebelum ia mengutarakan uneg-unegnya keduluan mamanya memberitahunya bahwa ia harus berhemat dengan uang yang ada karena papanya sudah tidak bekerja lagi di perusahaan dan bisnis yang selama ini dikelola sedang lesu dampak krismon. Tak tegalah ia mengutarakan uneg-unegnya, ia membayangkan bagaimana nanti susahnya orang tuanya jika ditambahi beban keuangan dirinya sedangkan masih ada dua adiknya yang membutuhkan biaya lebih.
Kekuatan Sepuluh Dolar Seminggu
Oke jelaslah sudah apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Ya! Ia harus berjuang dengan sepuluh dolar seminggu. Uang sepuluh dolar seminggu di Singapura adalah jumlah yang membuat orang lemas jika diharuskan bertahan hidup dengan itu. Jangankan di Singapura, di Indonesia saja sepuluh dolar seminggu atau 100 ribu jika di kurskan rupiah bukanlah jumlah yang mewah untuk makan. Tapi justru inilah konstruksi untuk sukses besar Merry Riana dikemudian hari. Ya! Kekuatan sepuluh dolar seminggu.
Lalu bagaimana strategi bertahan hidup dengan $ 10 seminggu? Begini pada akhir pekan ia ke ATM, mengambil 10 dolar. Kemudian dibelilah roti tawar besar diiris-iris yang akan menjadi bekalnya ke kampus setiap siang. Setiap pagi ia sarapan dengan mie instan. Kadang ia tidak sarapan jika mie instan habis. Sering ia merasa kelaparan di kampus karena sebuah mie instan tidaklah cukup untuk menyokong energinya menghadapi aktivitas perkuliahan yang berat. Karena ia sering makan mie instan sering teman asramanya menegornya bahwa mie instan tidak baik dikonsumsi terlalu sering, tapi Merry hanya tersenyum tipis membalasnya. Yang paling susah adalah menolak ajakan teman untuk kekantin. Tentunya tidak enak jika minta ditraktir karena mereka sama-sama mahasiswa dan belum berpenghasilan. Sesekali ia menerima tawaran temannya dan ia hanya memesan nasi dengan lauk sayur tahu tanpa daging, ikan ataupun ayam, temannya menegor apa ia bisa makan tanpa lauk (di Singapura tahu termasuk sayuran bukan lauk), Merry hanya menjawab bahwa ia tidak suka daging.
Dan tahukah teman bagaimana ia mensuplai kebutuhan minumnya? Di kampusnya ada keran air yang layak minum tetapi sangat jarang sekali mahasiswa yang minum dari situ karena tentu saja gengsi. Merry mengambil air dari situ, ia pindahkan airnya ke botol air mineral dan ia bawa pulang ke asrama. Pernah ia kepergok mahasiswa lain dan tentu saja mahasiswa tersebut terheran-heran melihat seorang gadis menampung air dari keran yang biasanya untuk cuci tangan tetapi buat minum, tetapi Merry pura-pura tidak melihatnya. Sangat berat sekali ia menghadapi hari-harinya. Sungguh betapa nelangsanya, tapi ia harus kuat.
Selain harus ngirit sengirit-ngiritnya dengan sepuluh dolar seminggu, ia juga diharuskan untuk tetap berkonsentrasi belajar karena berkuliah di NTU menuntut konsentrasi yang penuh. Beban kuliah yang begitu berat benar-benar menguras energi dan pikiran. Perlu diketahui Merry Riana memilih jurusan Teknik Elektro dan itu bukanlah jurusan yang ringan, belum lagi ia diharuskan ikut kelas bahasa inggris (karena bahasa inggrisnya jelek sekali) dan jika berkali-kali failed maka ia harus drop out dari perkuliahan.
Pekerjaan Pertama
Satu tahun terlewati dengan hari-hari yang begitu berat. Sesuatu yang sering dipikirkan oleh Merry Riana adalah bagaimana dengan hari esok? Apa yang harus dilakukan agar kesulitan ini tidak berkepanjangan? Ia harus bekerja, tetapi ia bingung pekerjaan apa karena ia masih kuliah. Segeralah ia hunting pekerjaan dan ia memutuskan untuk menjadi penyebar brosur biro jodoh. Pekerjaannya sangat mudah, ia hanya perlu membagikan brosur ke orang-orang yang lalu lalang di jalanan se banyak mungkin tanpa harus menjelaskan apa isi brosurnya. Akan tetapi pekerjaan ini sangatlah menusuk harga diri, bagaimana tidak sering orang menolak mentah-mentah dan membuang brosur yang ia bagikan bahkan ada juga yang sengaja berlari kecil menghindar darinya. Merry begitu terpukul, sehina itukah dirinya. Bukankah hanya menerima brosur dan meletakkannya di tas dan jika ingin membuangnya tidak dihadapan si penyebar brosur kan juga bisa, toh brosur itu ukurannya tidak terlalu besar. Itung-itung berempati dengan perasaan orang yang menyebarkan brosur.
Ia istirahat sejenak, ia mengobrol dengan teman sesama penyebar brosur. Temannya memberi saran bahwa menyebar brosur ya menyebar brosur tak usah pedulikan bagaimana tanggapan orang-orang, yang tidak mau tak usah diambil hati. Tak ada niat menyakiti dari orang yang menolak brosurnya. “Hidup ini berat, jangan cengeng”. Begitu nasihat temannya. Merry jadi lebih kuat dan ia melakukannya lagi. Toh yang penting ia harus dapat uang.
Hari pertama bekerja selama lima jam ia mendapat bayaran 15 dolar. Ia sangat girang. Ia langsung membeli minuman yang enak dan membeli nasi lauk daging. Ia begitu bahagia menikmati hasil kerjanya yang pertama. Setiap hari selama libur semester ia habiskan untuk menyebar brosur. Tiap hari ia bisa menabung. Akan ada banyak keperluan di semester mendatang dan ia tidak perlu menunggu kiriman dari orang tua sepeserpun.
Pekerjaan ini bukannya tidak pernah membuatnya disergap perasaan mellow. Disaat-saat tertentu karakter lamanya sebagai gadis yang merasa aman dalam dekapan keluarga kerap muncul saat merasa letih karena tuntutan kerja yang keras karena kondisi finansial yang sulit. Tapi kemudian bisa ditepis dengan keyakinan bahwa Mood yang buruk getarannyaakan ditangkap semesta dan berbalik dalam suasana yang tidak enak. Bangkitlah kembali spiritnya.
Pekerjaan membagikan brosur membuat Merry Riana bisa menabung sedikit demi sedikit setiap harinya. Setidaknya ia tidak hanya mengandalkan 10 dolar per minggu untuk biaya hidup. Paling tidak ini lebih menentramkan pikiran. Benar-benar peningkatan, dari gadis yang damai dalam dekapan keluarga kini menjadi wanita yang tidak hanya tegar tetapi juga berani menghadapi tantangan.
Pekerjaan menyebar brosur tidak seterusnya ia lakoni. Ia juga mencari tahu pekerjaan lain yang lebih ringan dengan gaji yang lebih tinggi. Salah satunya menjadi pelayan di toko florist yang ada di sebuah gedung perkantoran, disini ia ditugaskan untuk mengatur bunga selain itu ia juga ditugaskan memberikan brosur di setiap kantor dan mencatat nomor telponnya. Ini tantangan baru karena sering resepsionis tidak mau memberi nomor telpon mereka dengan alasan kartu namanya habis, namun Merry tidak kehilangan akal, ia mengatakan kalau ia bisa mencatatnya di kertas. Akhirnya resepsionis memberikan nomor kontak mereka walau dengan wajah agak kesal. Hal ini memberikan pelajaran padanya bahwa orang tidak boleh menyerah dan harus banyak akal.
Pernah juga ia menjadi pelayan pesta. Tiap sabtu dan minggu jadwal perkuliahan libur jadi ia gunakan itu untuk bekerja. Ia harus datang tiap akhir pekan yaitu sabtu atau minggu kadang juga keduanya mulai pukul enam petang sampai sebelas malam. Yang menyesakkan dada adalah pada pukul 11 malam mau pulang, pelayan harus berkumpul di ruang belakang menunggu supervisor datang untuk membagikan upah sebesar 25 dolar dan setelah itu ia harus berlari kencang mengejar jadwal kereta MRT yang terakhir jika tidak walhasil ia tidak bisa kembali ke asrama. Sering ia sampai asrama pukul 1 dini hari. Ada lagi yang membuat mengelus dada di pekerjaan ini adalah sering makanan enak-enak dibuang setelah pesta dan para pegawai termasuk pelayan dilarang mengambil apalagi dibawa pulang. Bisa dibayangkan bagaimana merintihnya perut melihat makanan yang super enak dibuang. Sedangkan Merry sendiri ingin kesehariannya makan dengan nasi dan lauk daging saja sangat sulit.
Bertemu Sang Pujaan Hati
Ditengah-tengah kuliah, kerja dan pergumulan finansialnya, Merry selalu menyempatkan diri untuk mendekatkan dirinya dengan Sang Khalik. Merry Riana adalah Nasrani yang sangat taat. Ia selalu percaya bahwa dibalik segala kesusahan yang ia hadapi ini pasti Tuhan telah merencanakan sesuatu yang besar untuknya kelak. Orang tuanya terutama mamanya selalu berpesan “ Serahkanlah semuanya pada Tuhan , dan Dia akan memberikan jalan padamu. Yakinlah bahwa semua akan indah pada waktu-Nya. Dia akan menunjukkan jalan selangkah demi selangkah menuju kebaikanmu”. “Di dalam hidup ini, kita tidak bisa berharap segala yang kita dambakan bisa diraih dalam sekejap. Lakukan saja perjuangan dan terus berdoa, maka Tuhan akan menunjukkan jalan-Nya”. Itulah kata-kata yang selalu dipegang oleh Merry Riana. Setiap akhir pekan ia selalu pergi ke gereja yang berada di dekat kampusnya dan ia berdoa dengan sangat khusyuk mengadukan segala keluh kesah yang ia hadapi bahkan sering sampai menangis.
Di kampusnya ia juga aktif mengikuti kegiatan keagamaan. Disinilah ia menemukan seseorang dengan latar belakang yang mirip dengannya. Seorang mahasiswa yang harus meninggalkan Indonesia dan berkuliah ke luar negeri karena alasan yang kurang enak yaitu “kerusuhan Mei 1998”. Mahasiswa itu bernama Alva Tjenderasa. Merry Riana dan Alva Tjenderasa akhirnya berteman dan mereka sering ngobrol bareng. Alva sering membaca buku-buku motivasi dan pengembangan diri seperti Robert Kiyosaki dan Anthony Robbins. Mereka berdua sering membahas isi dari buku-buku itu dan memadukannya dengan realita yang sedang mereka hadapi.
Mulai Berbisnis
Merry Riana masih tetap menjalankan pekerjaan part time saat liburan semester dan akhir pekan. Hasil dari pekerjaannya ia tabung sedikit demi sedikit dan akhirnya terkumpullah beberapa ribu dolar. Merry mulai berfikir untuk memutar uangnya. Ia berdiskusi dengan Alva kira-kira bisnis apa yang cocok untuknya. Suatu hari seorang temannya menawarinya sebuah bisnis yang sangat menggiurkan yaitu “Success Forever” di bisnis ini ia diharuskan untuk menanamkan uangnya sebesar 200 dolar dan akan berkembang cepat jika ia juga mendapatkan 10 orang yang mau menanamkan uangnya juga seperti halnya MLM, bisnis ini sangat simple karena juga bisa dimonitor dari internet. Ia sebenarnya ragu tapi ia ikuti juga.
Daaannnn akhirnya ia benar-benar tertipu, uang 200 dolar yang ia kumpulkan dengan susah payah raib. Saat ia temui kantor dari “Success Forever” sudah tidak ada ditempatnya dan berubah menjadi “Gone Forever”. Betapa kecewanya ia, uang itu ia kumpulkan dari berpanas-panasan menyebar brosur, lari kesana kemari menjadi pelayan dan florist tapi karena kebodohan dan kecerobohannya hilang lenyap seketika. Saat itu ia bersumpah tidak akan percaya lagi dengan hal-hal yang bersifat instan. Tidak ada hal yang besar yang diraih dengan mudah semua butuh perjuangan dan pengorbanan. 200 dolar itu benar-benar memberinya pelajaran berharga.
Praktek Kerja Yang Membuka Pikiran
Untuk memenuhi syarat kelulusan, mahasiswa diwajibkan mengikuti praktek kerja di sebuah perusahaan sesuai bidang minatnya. Di perusahaan inilah Merry Riana terbuka pikirannya. Bekerja di perusahaan mapan mungkin memang aman bagi sebagian orang. Gaji pertama dengan gelar sarjana sekitar 2500 dolar dikurangi pajak 20% tinggal 2000 dolar. Biaya kos sekitar 1000 dolar. Tinggal 1000 dolar, tentu ia ingin menunjukkan hasilnya pada orang tuanya. Ia ingin mengirimi uang orang tuanya 500 dolar sisa 500 dolar belum lagi hutang pendidikan yang harus di cicil. Terus kapan ia bisa menyenangkan orang tuanya dengan mengajak berjalan-jalan ke luar negeri. Itu adalah impiannya sejak dulu. Membahagiakan orang tua adalah cita-cita tertingginya.
Akhirnya ia membuat resolusi ketika berulang tahunyang ke 20 “ Aku harus bebas finansial sebelum berusia 30 tahun”. Begitu resolusinya dan itu tidak dapat tercapai jika ia menjadi karyawan. Ia harus berbisnis walau pernah gagal ia harus tetap mencari jalan suksesnya.
Bisnis Kedua
Bisnis kedua Merry Riana adalah mencetak kaus yang dipakai dalam acara ekstrakurikuler dan mencetak skripsi. Kebetulan saat itu ia sudah masuk semester 7. Mulailah ia dan Alva hunting percetakan dengan harga yang “miring”. Di kampus ia juga gencar berpromosi tentang bisnis keduanya. Tetapi ternyata kenyataan tak seindah harapan. Sudah ada percetakan yang mempromosikan jasa ke NTU dengan harga jauh lebih murah dari harganya. Akhirnya Merry dan Alva mengubur harapannya berbisnis percetakan.
Bisnis ketiga Merry dan Alva adalah Tianshi. Kebetulan saat itu Tianshi lagi marak di Indonesia. Tianshi adalah suplemen makanan yang dipasarkan dengan cara MLM. Ada kabar bahwa Tianshi akan membuka pemasaran di Singapura. Merry berfikir jika ia menjadi yang pertama mempromosikan Tianshi maka ia berada di ujung teratas dari jaringan Tianshi Singapura. Wuih bayangin aja berapa bonus yang akan ia dapatkan jika itu benar-benar terwujud.
Segera Merry dan Alva memborong produk Tianshi dari temannya di Indonesia sebesar 2.250 dolar atau setara dengan 16 juta rupiah. Mereka berdua berfikir jika mereka memulai start terlebih dahulu yaitu memperkenalkan produk serta sistem Tianshi ke teman-temannya di Singapura sebelum dibukanya kantor Tianshi di Singapura maka mereka akan lebih cepat meraih untung. Dari presentasi yang ia lakukan bersama Alva, banyak teman-temannya yang tertarik untuk gabung. Ia jadi lebih bersemangat. Bayangan kesuksesan sudah ada di pelupuk mata.
Harapan tinggallah harapan, ternyata berita tentang Tianshi akan membuka cabang di Singapura hanyalah rumor belaka. Menurut orang Tianshi penduduk Singapura terlalu sedikit dan tidak sepadan dengan biaya perijinan serta operasionalnya. Beda dengan Indonesia yang berpenduduk 200 juta jiwa lebih. Mendengar kabar itu, lunglai langsung Merry Riana. Jika bisnis Success Forever ia kehilangan 200 dolar, maka Tianshi lebih parah lagi, mereka kehilangan 2000 dolar lebih. 10 kali lipat kerugian bisnis Success Forever.
Bertemu Anthony Robbins
Merry dan Alva sering berdiskusi tentang orang-orang sukses di bidang bisnis dan motivasi. Anthony Robbins salah satu idola mereka. Suatu hari ada kabar bahwa Anthony Robbins akan mengadakan seminar besar-besaran di Singapura. Segeralah mereka membeli tiket seminar itu yang ternyata berharga 2500 dolar untuk dua orang. Tak apalah mereka merogoh kocek agak dalam demi mendapatkan motivasi langsung dari ahlinya. Toh mereka selama ini hanya membaca dari buku saja.
Seminar dimulai dengan sangat menakjubkan. Anthony Robbins adalah motivator yang sangat pandai menyentuh hati yang terdalam. Dia mengatakan “ Kita hidup dibelenggu oleh banyak alasan yang menumbuhkan perasaan takut. Pandanglah kedepan dengan fokus, melangkahlah dengan cepat dan berani. Jangan pernah takut membentuk cita-cita. Kita bisa! Kita sangat powerful! Tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki tekad dan keberanian. Buatlah mimpi yang besar dan bergeraklah dari sekarang!” Begitu kata-kata yang meluncur dari Anthony Robbins.
Seketika itu seperti ada dorongan kuat terhadap diri Merry Riana. Fokus perhatiannya hanya wajah Anthony Robbins. Langsung Merry Riana berdiri dan berlari kencang menuju bibir panggung tempat Anthony Robbins membakar semangat. Tetapi secepat kilat para body guard menghentikan Merry Riana. “Sir tolonglah ini penting bagi hidup saya. Saya ingin membuktikan kata-kata Anthony Robbins barusan bahwa dengan fokus pada impian dan tekad bulat maka apapun itu pasti bisa tercapai. Saya ingin berfoto dengan Anthony Robbins.” Begitu teriaknya pada penjaga. Perlu diketahui bahwa Anthony Robbins sangat jarang sekali menerima seseorang berfoto dengannya.
Akhirnya setelah acara selesai, dibelakang panggung Merry berhasil berfoto dengannya. Bertambah kuat tekad Merry untuk sukses dalam hidup.
Kegagalan Berikutnya
Merry Riana adalah orang yang tidak mudah putus asa. Setelah menghadapi berbagai kegagalan ia tetap optimis untuk terus mencari jalan suksesnya. Memasuki semester terakhir awal tahun 2002 Merry dan Alva tidak lagi disibukkan dengan kegiatan perkuliahan. Pada suatu hari di kampus ada perlombaan Cashflow Game. Permainan ini diciptakan oleh Robert Kiyosaki. Permainan ini seperti monopoli hanya saja seperti benar-benar melakukan transaksi jual beli. Merry dan Alva sangat menikmati permainan itu dan mereka keluar menjadi pemenang.
Terinspirasi oleh permainan Cashflow. Mereka memutuskan untuk mempraktekkannya dengan berjual beli saham. Mereka segera menghubungi pihak terkait dan menanamkan uang 2000 dolar hasil patungan dengan Alva. Mereka melakukan opsi jual dan beli. Pada hari pertama mereka untung tetapi pada hari berikutnya mereka rugi..rugi dan terus rugi. Akhirnya mereka malah menanggung kerugian sebesar 10.000 dolar atau 70 juta rupiah hasil pinjaman dari bank.
Sekuat-kuatnya mereka optimis tetap saja hal itu membuat mereka down. Segala bisnis yang mereka coba selalu gagal mulai dari success forever yang tertipu, bisnis penjilidan dan percetakan, Tianshi bahkan sampai saham semua menanggung kerugian yang tidak sedikit bahkan hampir menguras habis tabungan mereka. Satu-satunya kesuksesan yang mereka rasakan adalah berhasil berfoto dengan Anthony Robbins. Apakah memang mereka tidak berbakat berbisnis??
Lulus Kuliah
Pada bulan Juli 2002 Merry Riana dinyatakan Lulus dari Nanyang Technological University atau NTU dengan predikat Second Upper Honours dengan nilai-nilai yang gemilang. Walaupun sehari-harinya Merry sibuk dengan berbagai pekerjaan dan bisnis, Merry tetap bertanggung jawab dengan studynya. Hal ini membuat orang tuanya semakin bangga.
Saat itu mamanya bertanya “ Lalu apa rencanamu Ria? (panggilan Merry Riana dalam keluarga)”. ” Ria akan berbisnis, Ma.” Jawabnya “Bisnis apa nak?” mamanya bertanya lagi. “Sales... tapi belum tahu apa.” Jawab Merry Riana. “Apa?? Sales?? Kamu sekolah jauh-jauh dan lulus dengan nilai yang baik ujung-ujungnya jadi sales? Mau jadi apa kamu kelak nak.” Mamanya mulai menangis. Demi menenangkan mamanya, akhirnya Merry mencari jalan tengah bahwa ia akan mencoba berbisnis selama 3 bulan, jika menunjukkan tanda sukses dia akan meneruskan. Tetapi jika gagal dia akan melamar pekerjaan sesuai kehendak mamanya.
Menjai Sales
Merry Riana sadar dirinya akan ditertawakan teman-temannya tentang pilihannya. Merry memutuskan untuk menjadi sales produk keuangan. Pertama Merry harus menghubungi 100 orang setiap harinya dan menawarkan produknya. Ternyata hal ini tidak cukup efektif mengingat dari 100 orang yang mau menginvestasikan dananya hanya 1 orang bahkan kadang tidak ada. Akhirnya Merry memutuskan untuk street prospecting yaitu berjuang dijalan. Mengingat budaya Singapura yang sering berjalan kaki menuju tempat kerja entah itu bos atau pegawai biasa maka prospek di jalan adalah pilihan yang strategis.
Merry dan Alva memilih stasiun MRT. Merry mulai menemui setiap orang dan menjelaskan produk keuangannya. Dari 10 orang yang ditawari 1 mau menjelaskan lebih lanjut. Alva bagian mencatat data orang tersebut. Setelah dilakukan berulang ulang akhirnya terbentuklah rumus dari 20 orang yang di tawari 2 bersedia mendengarkan lebih lanjut dan 1 bersedia invest atau gabung asuransi atau kartu kredit.
Setiap hari Merry dan Alva melakukan 20 presentasi, mengejar-ngejar orang agar mau mendengarkan presentasi mereka. Sering diacuhkan orang, ditolak mentah-mentah. Dan yang paling membuat down adalah saat kepergok dengan teman sesama alumni NTU pastinya temannya akan mencibirnya. Pekerjaan ini rentan down, sering Merry menangis karena perlakuan prospek atau karena merasakan lelah yang begitu dahsyatnya. Betapa tidak, ia harus mulai mengejar klien, memberi presentasi dari pagi sampai lewat tengah malam. Menghadapi penolakan yang sering menyakitkan hati dan mempertaruhkan harga diri. Tapi banyak juga yang memberi respons positif dan akhirnya deal.
Ada cerita menarik. Ketika ia sedang menawari temannya, Luki, temannya langsung setuju tetapi belum deal. Ternyata temannya menelepon ibunya dan si ibu temannya ini menelepon ibu Merry Riana di Indonesia. Ibu temannya mengatakan bahwa Merry sering memaksa Luki untuk ikut asuransinya danitu sangat mengganggunya. Akhirnya mama Merry Riana langsung menelepon anaknya di Singapura sambil menangis menahan malu agar Merry menyudahi bisnisnya dan melamar pekerjaan saja. Kontan itu membuat Merry menjadi sangat terpukul. Tetapi Merry sadar bahwa itu semua adalah proses yang membuatnya sukses di kemudian hari.
Bulan pertama ia mendapat bonus 500 dolar, bulan kedua tidak jauh beda. Bulan ketiga ia dan Alva tancap gas. Merry semakin agresif melakukan presentasi karena ini adalah pembuktian janjinya kepada orang tuanya.
Memenuhi target 20 presentasi sehari sangatlah berat karena fisik dan harga diri semakin tertekan. Pernah suatu hari karena sudah tidak kuat menahan dinginnya malam dan deraan rasa lapar ia ingin menyudahi hari itu padahal baru 15 kali ia presentasi tetapi Alva langsung menolak “ Kita tidak boleh kendur dengan ritme kerja kita. 20 presentasi setiap hari terbukti menghasilkan 1 klien. Jika kita kendur maka akan semakin jauh target kita.” “Kamu bisa mengatakan itu, karena kamu tidak merasakan letih berdiri mencari klien,” sahut Merry. Perlu diketahui bahwa Merry Riana dan Alva Tjenderasa bekerja untuk produk keuangan Prudential adalah satu tim, Merry bagian yang mencegat klien dan presentasi jadi dia yang lebih berat tugasnya secara fisik sementara Alva mengamati dari jarak 5-10m, jika ada klien yang deal maka Alva bagian closing dan mengurus berbagai adaministrasinya, Alva juga yang mengurus bagian strategi dalam menghadapi klien. Jadi mereka berdua tidak jalan sendiri-sendiri. Maka pastilah jika secara fisik dan mental Merry jauh lebih sering mengalami down.
Alva menjawab kekesalan Merry “Ya sudah, aku ketat dengan disiplin ini karena teringat pada kejadian yang membuatmu sedih. Apakah kamu sudah lupa bagaimana ibunya Luki mempermalukan ibumu? Apakah kamu ingin ibumu direndahkan terus. Apakah kamu tidak ingin segera membahagiakan mereka dan membuktikan ke teman-teman kuliah kita bahwa kita bisa berhasil lebih dari mereka?” Mendengar klimat Alva yang panjang lebar, semangat Merry kembali membara. Merry bangkit lagi dan menemui orang yang berhamburan keluar dari bis terakhir, berharap mendapat 2-3 nasabah lagi. Saat itu mereka lagi prospecting di halte bus. Selarut itu mereka masih berjuang mendapatkan nasabah guna menjalankan disiplin ketat 20 presentasi per hari.
Begitu ketatnya disiplin yang mereka jalankan. Anda bisa bayangkan, tengah malam, disaat semua orang terlelap tidur dan menikmati nyamannya malam, mereka masih bekerja mendapatkan nasabah! Itu bukan kegilaan itu adalah disiplin, tekad dan kebulatan hasrat untuk berjuang sampai batas maksimal. Benar memang, jika mereka kendur pada disiplin, maka hal itu akan mudah terulang di hari-hari yang lain. Itu akan membuat mereka jauh dari mimpi yang mereka idamkan. Kebebasan finansial sebelum 30 tahun.
Begitulah hari-hari mereka diisi oleh kerja keras, berdoa dan kerja keras. Bekerja sebagai sales produk keuangan, jika ingin mendapat penghasilan tetap setiap bulannya maka mereka harus mencapai level manajer selama 3 tahun berturut-turut yaitu setiap tahun harus mengumpulkan nasabah dengan jumlah total investasi minimal 100 ribu dolar, kebanyakan orang mau berinvestasi sekitar 100 dolar per orang jadi Merry harus mencari nasabah tiap tahunnya 1000 orang . Barulah ia bisa merasakan pendapatan tetap seperti teman kuliahnya tetapi tentu nominal gajinya berkali lipat jauh lebih besar Merry.
Menjadi Manajer
Bulan Desember 2002 adalah bulan penentuan, selain itu adalah bulan ketiga dari janjinya ke mamanya, bulan itu juga bulan terakhir seorang sales produk keuangan mencapai targetnya karena dibulan itu jika total seluruh investasi kliennya mencapai 100 ribu dolar maka di tahun 2004 jabatannya meningkat menjadi manajer. Itu artinya ia sudah bisa mendapatkan penghasilan tetap tiap bulannya, bisa merekrut anak buah dan mendapat passive income dari sebagian hasil anak buahnya, kurang lebih seperti MLM cuman lebih ketat peraturannya.
Di bulan Desember itu total investasi nasabah yang diperoleh Merry adalah 75 ribu dolar dan waktu yang tersisa hanya 2 minggu. Merry pasrah tapi tetap melakukan disiplinnya 20 presentasi per hari dan minimal 1 deal per hari. Ada sebuah peristiwa ajaib yaitu ada seorang nasabah yang bersedia menginvestasikan dananya sebesar 300 dolar, itu adalah 3 kali lipat dari investasi rata-rata nasabah. Betapa girangnya hati Merry namun apa boleh dikata ternyata di sore hari saat mau deal sang nasabah membatalkan investasinya. Okelah tak apa, Merry tak putus asa, dia melanjutkan disiplinnya untuk berpresentasi ke 20 orang per hari.
Keesokan harinya ada seorang nenek 60 tahun yang tertarik untuk berinvestasi, Merry mengira mungkin sang nenek akan berinvestasi 100 dolar. Tetapi betapa terkejutnya Merry saat sang nenek menyodorkan dana sebesar 100 ribu dolar. Seketika itu melonjaklah hati Merry target tahun2002 terpenuhi. Yakinlah ia bahwa itu adalah keajaiban Tuhan. Mukjizat! Ya benar jika kita sudah melakukan sesuatu secara maksimal maka Tuhan pasti akan membantunya melalui mukjizat yang IA turunkan.
Hampir bisa dipastikan Merry akan mencapai level manajer di tahun 2004. Rekan sesama sales banyak yang terkejut dengan pencapaian ini. Seorang sales baru, masih muda pula, berhasil mencapai target yang mencengangkan.
Melunasi Hutang Pendidikan
Suatu siang di bulan April 2003, Merry mengecek saldo tabungannya ada 40 ribu dolar, ia teringat akan hutang pendidikannya sebesar 40 ribu dolar. Segera ia menuju DBS bank yang memberinya pinjaman dana pendidikan dan melunasinya saat itu. Sebetulnya pemerintah Singapura memberi kelonggaran untuk mencicil melalui pemotongan gaji setiap bulan, tapi menurut Merry segera terbebas dari hutang akan lebih baik dan lebih lega. Jadi belum genap 1 tahun usia kelulusan Merry, ia sudah bisa melunasi hutangnya dari hasil kerja kerasnya sendiri tanpa dibantu orang tua.
Menjadi President Star Club
Seorang sales produk keuangan, jika bisa meraih pencapaian yang mencengangkan akan dinobatkan menjadi President Star Club yaitu sebuah penghargaan prestisius dan diakui dunia bahwa dia adalah sales yang sangat hebat sekali. Tahun 2004 adalah tahun yang dinamis bagi Merry Riana. Selain mencapai level manajer, ia juga dinobatkan menjadi President Star Club. Selain mendapat gelar pencapai target terbaik untuk kategori sales baru dan kategori seluruh jajaran sales senior, Merry juga menjadi seorang sales dengan jumlah nasabah terbanyak. Ini membuktikan bahwa total investasi itu diraih Merry dengan mengumpulkan banyak nasabah bukan karena ia kenal dengan orang-orang kaya yang berinvestasi langsung banyak.
Banyak orang bertanya apa rahasia kesuksesannya, ia menjawab “ Aku bekerja 14 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu, 20 kali presentasi sehari dan selalu belajar trik khusus menghadapi calon nasabah. Tapi diatas semua itu aku fokus pada resolusiku, aku ingin bebas finansial sebelum usiaku 30 tahun.” Saat itu ditahun 2004, 2 tahun lebih 3 bulan ia menjadi sales, Merry telah mendapat penghasilan tetap satu miliar rupiah lebih per tahun. Itu gaji yang jauh melampaui teman-teman kuliahnya yang rata-rata 20 juta rupiah per bulan atau hanya 200-300 juta rupiah per tahun.
Meraih 1 Juta Dolar Pertama
Keberhasilan Merry di ranah sales ternyata memang mencatat pencapaian yang fantastis. Sebenarnya Merry sendiri kurang menyadari hal itu karena terlalu fokus pada disiplinnya. Ya walaupun Merry sudah mencapai targetnya, ia masih tetap menjalankan disiplin ketatnya. Hal itulah yang membuat Merry tak menyadari pencapaiannya yang fantastis ketika dibandingkan dengan sales lain yang lebih senior sekalipun.
Etos kerja keras dan fokus itulah harga mati dari segala pencapaian ini. Pencapaian demi pencapaian kemudian mengalir seperti mukjizat. Pada tahun 2006, penghasilan Merry Riana telah menembus 1 juta dolar atau 10 miliar rupiah. Fantastis. Merry dinobatkan menjadi profesional termuda dengan penghasilan besar di Singapura.
KATA-KATA MUTIARA MERRY RIANA
§ Berpikir positif adalah pekerjaan yang mudah, yang Anda perlukan hanyalah ‘jangan berpikir negatif’.
§ Hidup ini seperti mengendarai sepeda. Kita akan melaju terus, selama kita masih mengayuh pedalnya.
§ Berubahlah sebelum perubahan itu yang akan memaksa Anda.
§ Hidup mungkin penuh dengan masalah. Tapi selama kamu memberikan yang terbaik & terus berdoa, segalanya akan indah pada waktunya.
§ Berikan senyuman termanismu walau saat terpedih di hatimu, setidaknya kamu masih bisa membahagiakan orang-orang di sekitarmu.
§ Lakukan kebaikan dan kebaikan-Nya pun akan semakin terasa.
§ Jangan hanya puas jadi penonton dan komentator. Jadilah sutradara dan pemain.
§ KESEMPATAN sudah menunggu lama di depan kita. Cepat bergerak, sebelum orang lain datang menjemputnya.
§ Kenikmatan & penderitaan hanya sementara. Jangan terhanyut oleh kenikmatan sementara jangan menyerah karena penderitaan sementara.
§ Jika kita menunggu sampai semua keadaan sudah sempurna baru kita mengambil tindakan, mungkin kesempatannya sudah hilang.
§ Jika kita bersalah pada orang lain akui kesalahan dan minta maaf. Jika orang lain bersalah pada kita: dengar dan maafkan.
§ Jangan meremehkan hal-hal kecil. Hal-hal besar hanya bisa tercapai dengan mencapai hal-hal kecil itu terlebih dahulu.
§ You Can Take Me Out From Indonesia, But You Can Never Take Indonesia Out From Me.
BIODATA MERRY RIANA
Nama : Merry Riana
TTL : Jakarta, 29 Mei 1980
Agama : Katolik
Profesi : Consultant, Pendiri dan Pemimpin MRO (Merry Riana Organization), Motivator dan Inspirator Wanita No 1 Asia, Penulis buku
Nama Suami : Alva Tjenderasa
Nama Ayah : Ir. Suanto Sosro saputro
Nama Ibu : Lynda Sanian
Pendidikan : S1-Nanyang Technological University Singapura
PENGHARGAAN YANG DITERIMA MERRY RIANA
· Star Club President
· Top Rookie Consultant of the Year Award
· Top Rookie Manager of the Year Award
· Top Manager of the Year Award
· Agency Development Award
· Nanyang Outstanding Young Alumni Award oleh Rektor NTU
· Penghargaan Dari Menteri Tenaga Kerja Singapura, Mr Gan Kim Yong
· Spirit of Enterprise Award oleh Mr. Lee Yi Shyan, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura
· Top 5 Most Gorgeous Female
· My Paper Executive Look Reader’s Choice Award
· Great Women of Our Time Award oleh Mrs. Yu Foo Yee Shoon, Menteri Pengembangan Masyarakat, Pemuda dan Olahraga Singapura
BUKU TENTANG MERRY RIANA YANG BEST SELLER
1. A Gift From a Friend yang diterjemahkan dalam 7 bahasa yaitu Indonesia, Inggris, Mandarin, Melayu, Vietnam, Tagalog dan Myanmar
2. Mimpi Sejuta Dolar
3. Dare to Dream Big
Komentar