Bakat vs Usaha – Tak Ada Usaha, Bakat Akan Lenyap!



Bakat vs usaha – Anda pasti pernah mendengar statement Albert Einstein yang mengatakan 10% bakat, 90% usaha. Anda mungkin pernah mendengar atau melihat sendiri cerita tentang anak yang pintar dan anak yang rajin. Si A bisa dibilang sangat pintar namun dia cenderung malas dan tidak suka apalagi di pelajaran-pelajaran menghafal. Sementara si B tidak begitu pintar tetapi dia sangat rajin. Orang-orang selalu memuji-muji si A dan memprediksi dia akan berada di atas. Di akhir semester, yang jadi juara 1 adalah si B, sementara si A harus puas berada di juara ke-3.
Saya tidak sedang mempermasalahkan sistem hafalan ya tetapi sedang melihat hasil akhirnya saja. Plus, saya juga tidak mempermasalahkan soal juara bisa membawa kesuksesan di masa mendatang. Namun, yang pasti hal ini bisa menjadi contoh sederhana saja bagaimana usaha ternyata bisa sangat manjur dibandingkan dengan bakat.

Dimulai Dari Manajemen Waktu

Ya, semua dimulai dari manajemen waktu. Kembali ke contoh sederhana yang disebutkan di awal, kata “rajin” menurut KBBI berarti “kerapkali; terus-menerus”. Apa artinya? Kalau disebut terus-menerus atau kerapkali berarti dia MENYEDIAKAN WAKTU. Seseorang bisa dikatakan pintar tetapi tidak rajin, namun kalau rajin sudah pasti pintar. Bukankah otak manusia akan pintar dengan latihan? Yup!
Begitu juga dengan pekerjaan, semua aspek dinilai, apa saja itu?

1. Hasil Kerja

Ya, hasil kerja yang terbaik adalah yang paling disukai klien. Tentu saja sentuhan bakat (yang cenderung personal) dan passion membuat hasil pekerjaan tersebut unik dan ini menghasilkan nilai jual yang sangat tinggi. Siapa yang tidak menginginkan hasil pekerjaan yang unik dan berbeda daripada hasil rata-rata yang biasa saja?

2. Waktu

Namun, semua hasil pekerjaan yang terbaik tersebut jika tidak dipadukan dengan profesionalisme dalam hal ini ketepatan waktu, hmm.. Ingatlah jam Anda terus berputar dan Anda butuh uang dengan segera? Dari mana uang datang bagi Anda dan klien? Tentu saja dari hasil kerja – yang tepat waktu. Klien Anda tentu tidak mau menyia-nyiakan waktunya untuk menunggu Anda – meskipun hasil kerja Anda yang terbaik.
Ini soal profit dan uang, tidak bisa menunggu lama. Tentu saja, bakat dimiliki bukan hanya oleh Anda, bukan? Pertanyaannya sekarang siapa yang lebih cepat? Sama halnya dengan para pelari di lapangan, mereka semua punya bakat berlari dan tentu saja yang terbaik – namun yang terbaik dari yang terbaik itu adalah mereka yang mampu mencapai garis finish secepat mungkin!
Jadi, bagaimana memadukan antara bakat dan usaha? Sebenarnya sebagian caranya sudah secara tidak langsung saya paparkan, namun perhatikan beberapa hal berikut yang mungkin bisa lebih membantu Anda:

1. Pertahankan Mood

Ya, sering kali “tidak mood” menjadi satu alasan seseorang akhirnya tidak mempertahankan konsentrasi usaha mereka. Apapun cerita, termasuk jika Anda punya problem konsentrasi ataupun penyakit mood swing, maaf saya tidak sedang merendahkan Anda yang punya penyakit ini karena saya juga punya problem ini, cobalah untuk mengelolanya.
Bagaimanapun ini untuk Anda sendiri! Jika pekerjaan Anda tidak menghasilkan sesuai ekspektasi Anda yang menjadi sasaran nantinya tetap adalah mood Anda. Jadi, kelolalah mood Anda dan kerjakan sebaik mungkin. Lawan terus rasa “tidak mood” Anda tersebut, Anda tentu punya cara tersendiri untuk tetap bersemangat, bukan? Apakah dengan mendengarkan musik yang bersemangat, segelas kopi dan sebagainya.

2. Jangan Menunda

Hampir berhubungan dengan mood tadi, kadang kita jadi suka menunda-nunda pekerjaan. Anda mungkin sudah pernah merasakan bagaimana jadinya jika Anda menunda-nunda? Pekerjaan Anda bertambah terus tetapi Anda jadi kebingungan harus mulai dari mana lagi karena merasa tidak punya waktu. Akhirnya? Malah Anda tidak punya pekerjaan lagi karena klien Anda berpaling dari Anda.

3. Hard Work Never Kill

Ingatlah quote satu ini: Hard work never kill. Bekerja keras bukan berarti Anda harus 24 jam bekerja, tetapi soal manajemen yang baik. Justru jika Anda harus 24 jam bekerja, Anda harus mempertanyakan seberapa efektif Anda membagi waktu dan tidak menunda-nunda pekerjaan sehingga pekerjaan Anda tidak bertumpuk? Justru karena pekerjaan bertumpuk, Anda biasanya harus bekerja 24 jam. Tetapi, bekerja keras bukan seperti itu. Bekerja keras adalah Anda mampu menaati jam kerja Anda dengan disiplin tinggi, itulah yang namanya bekerja keras.
Logikanya adalah: Anda mungkin bekerja 24 jam karena harus mengejar deadline yang diakibatkan karena berleha-leha, tidak mood dan sifat menunda Anda itu. Tetapi, Anda dikatakan bekerja keras – mengerahkan semua waktu, tenaga dan waktu – selama misalkan saja 8 jam TANPA MAU DIGANGGU OLEH APAPUN.

Tidak mudah memang, siapa bilang mudah untuk berdisiplin? Namun, kalau ingin menjadi yang terbaik – jangan hanya andalkan bakat tetapi juga usaha. Salam sukses! Jikapun sudah pernah gagal karena tidak meracik resep antara bakat dan usaha dengan baik, coba lagi dan coba lagi – SELAGI MASIH ADA WAKTU. Namun, ingat jangan sia-siakan waktu Anda yang hari demi hari akan berkurang. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali"

Kisah-Kisah Sukses Petani Sawit

KISAH PELAYAN MENJADI MANAGER JARINGAN HOTEL DUNIA