Kisah Rahasia Kebahagiaan
Alkisah, ada lelaki tua yang berjalan masuk ke sebuah restoran dengan langkahnya yang terseret-seret. Dengan kepala yang dimiringkan dan bahunya yang berposisi agak membungkuk ke depan, lelaki itu bersandar pada tongkat andalannya dengan langkah-langkah yang tidak terburu-buru.
Jaket kainnya yang terlihat sobek-sobek, celana panjangnya yang bertambal, sepatunya yang usang, dan kepribadiannya yang hangat membuatnya tampil berbeda dari pengunjung lainnya di Sabtu pagi itu. Yang tak terlupakan adalah kedua matanya yang berkilau bagai intan, pipinya yang lebar dan kemerahan, serta bibir tipisnya yang membentuk senyuman hangat.
Langkahnya terhenti, dan ia pun membalikkan badan, berkedip pada seorang anak kecil yang duduk di dekat pintu. Anak itu membalasnya dengan cengiran lebar. Seorang pelayan muda bernama Nina memperhatikannya berjalan terseret-seret menuju sebuah meja di samping jendela.
Nina menghampiri lelaki tua itu, dan berkata, "Mari, Pak, saya bantu Anda duduk."
Tanpa berkata apa pun, lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk sebagai ucapan terima kasih. Nina menarik kursi dari meja. Dengan satu tangannya, Nina membantu lelaki itu duduk di kursi hingga merasa nyaman. Lalu, si pelayan menarik meja ke dekat lelaki tua itu, dan menyandarkan tongkatnya pada meja agar mudah dijangkaunya.
Dengan suara yang jernih dan lembut, lelaki itu berkata, "Terima kasih, dan semoga kamu mendapat berkah atas kebaikanmu."
"Sama-sama, Pak," jawab si pelayan. "Nama saya Nina. Saya akan kembali sebentar lagi dan kalau perlu sesuatu, panggil saja saya."
Setelah lelaki tua itu menghabiskan makanan dan minumannya, Nina membawakan uang kembalian. Lelaki itu meletakkannya di atas meja. Nina membantu lelaki itu bangkit dari kursi dan keluar dari mejanya. Nina memberikan tongkatnya dan menggandengnya hingga ke pintu depan.
Sembari membukakan pintu, Nina berkata, "Silakan datang kembali, Pak!"
Lelaki tua itu berbalik, berkedip dan tersenyum, lalu mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Tentu saja," katanya lembut.
Ketika Nina membersihkan meja yang tadi dipakai lelaki itu, ia hampir saja pingsan. Di bawah piring, ia menemukan sebuah kartu nama dan pesan di sebuah tisu dengan tulisan tangan yang agak acak-acakan. Di bawah tisu itu terselip lima lembar uang seratus ribu rupiah.
Jaket kainnya yang terlihat sobek-sobek, celana panjangnya yang bertambal, sepatunya yang usang, dan kepribadiannya yang hangat membuatnya tampil berbeda dari pengunjung lainnya di Sabtu pagi itu. Yang tak terlupakan adalah kedua matanya yang berkilau bagai intan, pipinya yang lebar dan kemerahan, serta bibir tipisnya yang membentuk senyuman hangat.
Langkahnya terhenti, dan ia pun membalikkan badan, berkedip pada seorang anak kecil yang duduk di dekat pintu. Anak itu membalasnya dengan cengiran lebar. Seorang pelayan muda bernama Nina memperhatikannya berjalan terseret-seret menuju sebuah meja di samping jendela.
Nina menghampiri lelaki tua itu, dan berkata, "Mari, Pak, saya bantu Anda duduk."
Tanpa berkata apa pun, lelaki tua itu tersenyum dan mengangguk sebagai ucapan terima kasih. Nina menarik kursi dari meja. Dengan satu tangannya, Nina membantu lelaki itu duduk di kursi hingga merasa nyaman. Lalu, si pelayan menarik meja ke dekat lelaki tua itu, dan menyandarkan tongkatnya pada meja agar mudah dijangkaunya.
Dengan suara yang jernih dan lembut, lelaki itu berkata, "Terima kasih, dan semoga kamu mendapat berkah atas kebaikanmu."
"Sama-sama, Pak," jawab si pelayan. "Nama saya Nina. Saya akan kembali sebentar lagi dan kalau perlu sesuatu, panggil saja saya."
Setelah lelaki tua itu menghabiskan makanan dan minumannya, Nina membawakan uang kembalian. Lelaki itu meletakkannya di atas meja. Nina membantu lelaki itu bangkit dari kursi dan keluar dari mejanya. Nina memberikan tongkatnya dan menggandengnya hingga ke pintu depan.
Sembari membukakan pintu, Nina berkata, "Silakan datang kembali, Pak!"
Lelaki tua itu berbalik, berkedip dan tersenyum, lalu mengangguk sebagai ucapan terima kasih. "Tentu saja," katanya lembut.
Ketika Nina membersihkan meja yang tadi dipakai lelaki itu, ia hampir saja pingsan. Di bawah piring, ia menemukan sebuah kartu nama dan pesan di sebuah tisu dengan tulisan tangan yang agak acak-acakan. Di bawah tisu itu terselip lima lembar uang seratus ribu rupiah.
Pesan pada tisu itu berbunyi demikian: "Dear Nina, saya sangat menghormati kamu dan saya bisa lihat bahwa kamu pun menghormati diri sendiri. Itu terlihat dari caramu memperlakukan orang lain. Kamu telah menemukan rahasia kebahagiaan. Sikap hangatmu itu akan terpancar ke semua orang yang kamu jumpai."
Ternyata setelah diselidiki, lelaki tua yang dilayani Nina tadi adalah pemilik restoran tempatnya bekerja. Inilah kali pertama Nina dan juga para karyawan lainnya melihatnya secara langsung.
Temukan kebahagiaan sejati dari cara kita memperlakukan orang lain!
Luar Biasa!
Komentar