Pernah Gagal? Jangan Putus Asa, Coba Lagi, Pasti Berhasil!

14248624891341810943
Puteri Indonesia 2015/Tribunnews.com
Judul di atas … “ Pernah Gagal? Jangan Putus Asa, Coba Lagi, Pasti Berhasil!“ Barangkali itulah inspirasi yang bisa saya petik dari kemenangan duta dari Jawa Tengah, Anindya Kusuma Putri. Betapa tidak. Ia pernah dua kali ikut ajang yang masih menjadi pro dan kontra (khususnya soal swim suit) di tanah air ini, Putri Indonesia. Baru yang kedua, ia tunjukkan hasil yang gemilang.
Butuh empat tahun untuk jadi putri Indonesia, setelah kali pertama gagal (dok.Wikipedia)
Uji yang pertama, saat ia berusia 19 tahun. Tahun 2011 itu, ia hanya menjadi juara dua pada pemilihan putri Indonesia tingkat Jawa Tengah bukan tingkat nasional. Pemenangnya adalah Maria Selena. Maria akhirnya menjadi putri Indonesia 2011 dan menjadi wakil Indonesia untuk maju ke Miss Universe 2012 dan masuk Top 10 Best National Costume.
Kalau Anin, panggilan akrab si gadis, adalah tipe yang ngambekan, pasti sudah berhenti di tengah jalan. Dan tak akan maju lagi ke pemilihan tahun-tahun berikutnya. Justru yang ia lakukan beda. Mempersiapkan diri selama 4 tahun. Banyak informasi, pengetahuan, talenta, pengalaman yang ia kumpulkan diam-diam melalui beragam aktivitas. Lihat saja kepiawaiannya di “Jejak Petualang“ Trans TV. Atau bagaimana ia menjadi seorang pemimpin, local president AIESEC (Association Internationale des Étudiants en Sciences Économiques et Commerciales)Universitas Diponegoro sejak 2013. AIESEC adalah organisasi internasional yang markasnya ada di seluruh dunia. Mereka mengadakan banyak pertemuan dan kirim-kiriman pemuda.
Yup. Ia maju pada pemilihan kedua, tahun 2015 ini. Tahun 2015 ini ia sudah genap berusia 23 tahun. Berarti sejak gagal pada umur 19 hingga 23 itu banyak perkembangan dan prestasi yang dicapai yang jadi bekalnya. Salah satu yang menjadikannya go internasional adalah sebagai peserta 41st SSEAYP (Ship for South East Asia and Japanese Youth Program) ke Jepang tahun 2014. Di acara ini ia didapuk sebagai chairman of solidarity group sub committee. Itu pula yang dia kabarkan pada juri dan panitia serta peserta. Hmm … Simak saja bagaimana ia mengenalkan diri;
“Sugeng siang, nama saya Anindya Kusuma Putri 23 tahun. Saya mahasiswi teknik planologi Universitas Diponegoro dan juga duta muda Indonesia untuk kapal Asia Tenggara ke Jepang. Saya wakil duta dari Jawa Tengah.“
WOW! Semarang kota pantai, Ndaaa … bukan kota yang bahasanya halus seperti di Solo atau Yogya, yang lemah lembut dan notabene dekat dengan keraton. Sangat unik ketika peserta yang justru mewakili salah satu dari dua kota tersebut tidak mengucapkan kata berbahasa Jawa seperti Anin. Saya tidak bermaksud menjelekkan Anisa. Gadis 21 tahun yang masih jadi mahasiswi di jurusan publik policy UGM itu mewakili DIY Yogyakarta. Anisa, memperkenalkan diri tepat sebelum Anin. Atau Anin sengaja, ya? Pakai teknik salam bahasa Jawa. Hahaha entahlah …. Setiap peserta berhak menentukan apakah dia pakai bahasa Inggris, bahasa Indonesia atau bahasa daerahnya, saya kira. Kompasianer bisa simak cara 37 peserta Putri Indonesia 2015 memperkenalkan diri di youtube, ya. Saya gak tahu aturannya, gak pernah ikut dan gak pernah kepikiran pengen ikut. Saya ini semampai, semeter saja gak sampai. Untuk kegiatan ke luar negeri saya tertarik, beragam tes sering saya ikuti. Keinginan saya seperti Anin, ingin bertukar pengalaman, ke luar negeri, jalan-jalan gratis, enaaaak.
Tapi sungguh, keputusan unik Anin soal bahasa tadi membuat saya manggut-manggut. Apakah ini akibat Anin sudah sering malang-melintang di luar negeri bersama peserta luar negeri yang membuat dia Njawa sekali? Ketika banyak meninggalkan negeri sendiri lalu teringat negeri sendiri yang lebih indah? Sadar bahwa ciri khas kedaerahan itu harus lestari terutama karena warganya sendiri yang pelihara. Kalau tidak siapa lagi dong? Satu inspirasi lagi ….
Cinta budaya sendiri, tak hanya jadi satu hal yang ditunjukkan Anin sebagai wakil dari Indonesia. Simak lagi youtube meet and greet di Surabaya, bersama Miss Universe 2014, Paulina Vega. Selain ingin mengembangkan diri, Anin sosok wanita pemimpin. Ia mengaku mau jadi pemimpin suatu hari nanti. Apalagi kemampuannya dalam berorganisasi di mana di AIESEC sudah tak diragukan lagi (sampai Juni 2014). Organisasi internasional itu punya tujuan meningkatkan kepemimpinan, ini melatihnya tentang banyak hal.
Berikutnya, waktu ditanya juri pemilihan putri Indonesia 2015, apa yang membuat Anin tidak menyesal dan menyesal dalam hidup ini. Ia menjelaskan tak pernah menyesal dalam hidupnya karena ia dikelilingi keluarga dan teman yang mencintai dan mendukungnya. Nothing to lose.
Semua peserta pemilihan putri Indonesia cantik-cantik, tinggi-tinggi (lima besarnya, berada di atas 170 cm tinggi badannya) dan pasti memiliki intelegensia tinggi pula dan talenta yang berbeda satu sama lain. Bagaimanapun, keputusan juri tidak dapat diganggu gugat. Anin jadi jawara.
Ohhhh … Hidup memang tak selamanya mulus. Ada saja cobaan yang datang. Baru empat hari jadi putri Indonesia 2015, ia dihantam kritik kaos palu arit yang dipakainya. Ceritanya, saat mengikuti kegiatan AIESEC, Anin pernah mengenakan kaos kontroversial berwarna merah dengan gambar palu dan arit (yang sensitif di tanah air berhubungan dengan PKI) di media sosial. Itu pemberian teman dari Vietnam, sebagai gantinya, Anin memberi baju batik. Beberapa teman waktu itu mengatakan “Wah berani betul, Nin …“ Syukur, foto ini akhirnya dihapus dari instagramnya setelah diunggah 24 Juni 2014 (atau dipermasalahkan setelah jadi putri Indonesia). Simbol itu dikatakannya hal yang biasa di Vietnam, dan disadarinya; tidak di Indonesia. Satu pelajaran berharga. Klarifikasinya bisa Anda temukan di youtube (siaran bersama TVone).
Satu lagi, Anin mengingatkan saya bahwa memang banyak perbedaan paham di dunia ini. Harus bisa saling menghormati, lebih pintar menyikapinya. Sekarang jadi putri Indonesia, ia akan dipandang orang tak bisa sembarangan. Semoga jadi pelajaran, juga bagi kita semua. Hati-hati dalam memposting gambar dan tulisan di Kompasiana. Gimana nih, sudah ada tatanan perlindungan hukum untuk blogger di Kompasianakah? Menunggu.
***
Anin pernah gagal jadi Putri Indonesia tahun 2011 dan baru tahun ini tercapai. Empat tahun adalah waktu yang lama meraih impian. Akan semakin lama kalau orang tak berbuat apa-apa. Seperti cita-citanya waktu kecil, ingin seperti putri-putri Indonesia pendahulunya. Keinginan itu terwujud. Kekuatan itu rupanya menjadi doanya. Nah, apa keinginan Anda tahun ini? Raihlah sebelum waktu telah habis….tapi jangan balapan sama saya. Saya nyerah soalnya jalan pelan-pelan di sini. Hehe.
OK, gitu saja. Saya bangga; Anindya Kusuma Putri, gadis kelahiran Semarang, 3 Februari 1992 dinobatkan Putri Indonesia 2015. Saya dulu tinggal sekecamatan, lho … haha. Senang bahwa ia mengikuti jejak wakil Jawa Tengah terdahulu; Agni Pratistha (Putri Indinesia 2006) dan Maria Selena (Putri Indonesia 2011). Tunjukkan keindonesiaan di Miss Universe. Keep it up, girl, jalanmu masih panjang.
Selamat dan sukses. Beban, tanggung jawab dan harapan di pundakmu. 

http://lifestyle.kompasiana.com/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali"

Kisah-Kisah Sukses Petani Sawit

KISAH PELAYAN MENJADI MANAGER JARINGAN HOTEL DUNIA