Ibu Penjual Nasi Bungkus



Sayup2 dari rumah tetangga sebelah, tadi pagi aku mendengar alunan lagu2 Perjuangan :
Sepasang mata bola
Dari balik jendela
Datang dari Jakarta
Menuju medan perwira
Kagumku melihatnya
Sinar sang perwira rela
Hati telah terpikat
Semoga kita kelak berjumpa pula

Mendengar syair-syair lagu Perjuangan tersebut membuat pikiranku menerawang ke masa-masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan dahulu.

Bagaimana para pejuang pendahulu kita tersebut yang dengan gagah berani telah mengorbanan segalanya buat Negeri ini, tenaga, pikiran, darah dan airmata mereka tumpahkan buat Ibu Pertiwi.

Ya...mereka memang pantas dan layak di sebut Pahlawan dan Jasa serta pengorbanan mereka akan tetap tercatat pada tinta emas perjalanan Negeri ini.

Tapi di jaman sekarang, masih adakah yang layak kita sebut Pahlawan ?

Ah...berbicara soal Pahlawan, aku jadi teringat cerita seorang teman tentang seorang Penjual Nasi Bungkus di sekitar tempat pembangunan proyek, tidak begitu jauh dari tempat tinggalnya.

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, Penjual Nasi Bungkus yang selalu dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, pada pagi hari pasti ada duduk menggelar nasi bungkus dagangannya di sekitar pembangunan proyek tersebut.

Dan ritual khusus setiap paginya, maka Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan membuatnya sibuk meladeni.

Bagi mereka menu dan rasa bukan soal, yang terpenting adalah harga nasi bungkus tersebut yang luar biasa murahnya.

Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah.
Lalu apa untungnya?

Wanita itu terkekeh menjawab,
"Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun."
Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit?
Sekali lagi ia terkekeh,

"Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli ?
Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?,
dan kalau mereka tidak sarapan ?
Dari mana tenaga mereka untuk bekerja ?

katanya sambil menunjuk para lelaki yang setelah selesai sarapan segera bergegas menuju ke tempat proyek kerja masing-masing.

Dan TUHAN itu Maha Adil. Toh nyatanya rezeki wanita tersebut ternyata lancar-lancar saja tuk menghidupi keluarga...

mungkin itulah yang disebut Keberkahan....
Ah!.... Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja.

Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja tidak semata-mata berhitung untung rugi tapi juga demi setitik kesejahteraan hidup bagi orang lain, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh.

Orang-orang seperti wanita tua penjual nasi bungkus ini juga sangat layak di sebut Pahlawan dgn segala kontribusinya terhadap pembangunan negeri ini.

Meskipun andilnya tdk secara langsung, tapi melalui Nasi Bungkusnya, Gedung2 bertingkat bisa cepat terbangun, Jalan2 dan jembatan bisa terus bertambah, dan proyek2 baru terus berkembang....

Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini bisa menjadi lembut bahkan mampu menyembuhkan duka dan goresan luka.

Bukankah demikian seyogyanya misi hidup kita dalam bekerja ?, yaitu :
"Mampu juga menghadirkan secercah kesejahteraan dan kebahagiaan bagi sesama " ?
Selamat pagi

Semoga Menginspirasi...
Salam Motivasi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali"

Kisah-Kisah Sukses Petani Sawit

KISAH PELAYAN MENJADI MANAGER JARINGAN HOTEL DUNIA