Pelajaran dari Supir Truk



IMG00873-20130212-0700
Perjalanan kemarin (12/2) pagi dari Nanga Pinoh ke Logpond Popai tidak seperti biasanya. Waktu tempuh yang biasanya 1 jam 15 menit molor menjadi 3 jam 30 menit.
Setelah turun dari bis sekitar jam 5.30, perjalanan dilanjutkan pakai ojek ke pangkalan oplet. Sudah ada empat penumpang lain yang menunggu dan pemilik oplet yang pagi-pagi sudah stand by. Pemilik oplet yang ramah yang mengajak ngobrol calon penumpang dan sehari-hari adalah juga karyawan PNS.
Sambil menunggu oplet datang, saya jalan-jalan cari warung kopi. Ternyata nggak ada yang buka. pagi itu masih sepi, toko-toko dan warung kopi masih tutup. Maklum, masih suasana Imlek.
Nggak sampai setengah jam menunggu, oplet warna putih datang. Jangan dibayangkan opletnya adalah Suzuki Carry, Daihatsu Xenia atau Toyota Kijang seperti di kota-kota. Opletnya jenis Mitsubishi Strada, Bo !
Di daerah pedalaman Kalimantan yang sebagian jalannya masih tanah merah, mobil double gardan adalah hal yang biasa digunakan. Nggak hanya dipakai perusahaan-perusahaan, termasuk juga untuk oplet angkutan umum.
“Mobil ini saya beli dari Jawa, Mas” kata sang pemilik setelah kendaraan dan sopirnya tiba di tempat kami menunggu. “Selisihnya bisa sekitar 30 jutaan dibanding kalau beli di sini”, ungkapnya. Wow, banyak juga selisihnya untuk harga sebuah kendaraan second. Bisa untuk uang muka beli mobil baru, tuh.
Hujan gerimis mengiringi perjalanan kami berenam menumpang Strada. Kendaraan pick up double kabin warna putih yang masih berplat AB itu berangkat dari Nanga Pinoh jam 6 pagi.
IMG00874-20130212-0700(1)
Tiba di daerah Sebaju, mobil tertahan karena ada truk colt diesel yang terjebak lumpur. Terpaksa harus antri untuk bisa lewat. Tidak ada pilihan lain, selain menunggu truk tersebut lewat. Masih untung ada warung di dekat truk yang amblas itu. Bisa minum kopi atau teh dulu untuk menghangatkan badan.
Dua truk ada di sisi jalan tempat kami menunggu. Satu truk tanki dan satu truk yang tampaknya baru lolos dari lumpur setelah ditarik truk tangki.
Drama menembus jalan berlumpur pun dimulai. Skenario disusun oleh supir truk. Truk yang terjebak lumpur harus ditarik oleh truk tangki dan truk satunya yang telah lolos. Kalau hanya ditarik salah satu, tidak akan mampu mengeluarkan truk yang terjebak lumpur.
Tali sling dipasang, truk tangki di posisi depan, satu orang memberi aba-aba kapan truk tangki harus mulai jalan dan kapan harus berhenti.
IMG00876-20130212-0706
Setelah dikomando oleh satu supir truk, truk tangki menarik truk kedua di belakangnya. Truk kedua ini menarik lagi truk yang terjebak lumpur. Hujan gerimis masih turun ketika itu. Setelah berusaha, akhirnya truk pengangkut getah karet yang terjebak lumpur lolos dari jalan berlumpur.
Pekerjaan belum selesai, masih ada tiga lagi truk di dibelakangnya yang antri untuk lewat. Kami pun menunggu sampai semuanya giliran ditarik.
Satu per satu truk melewati jalan berlumpur dan amblas. Rodanya menancap di tanah berlumpur dan hanya bisa berputar, tanpa mobil mampu bergerak maju.
Dua truk di depannya yang lolos kena giliran menarik temannya yang terjebak lumpur. Sling diikatkan lagi di bawah truk. Setelah dikomando, secara serempak langsung start dan maju dengan kekuatan mesin yang bunyinya menderu-deru.
Setelah semaunya lolos, giliran kami yang lewat. Walaupun pakai mobil double gardan, juga belum menjamin oplet melaju mulus di jalan berlumpur. Kelihaian sopir menyingkronkan gigi double gardan dan gigi normal, serta kondisi ban juga sangat menentukan.
Sempat mobil terperosok, roda belakang hanya berputar dan tertahan tidak mau maju. Akhirnya dua orang penumpang turun, pindah ke bak belakang sambil menghentak kakinya untuk menambah daya cengkeram ban.
Supir truk sempat memberi pelajaran singkat gimana menggunakan gigi double garden. Setelah mobil terus berusaha maju-mundur, akhirnya lolos juga dari lumpur.
Namun usaha belum seleseai, pas di dareah tanjakan yang licin, oplet nggak mau naik. Roda belakang hanya berputar-putar terus nggak mau maju.
Masih untung ada Strada lain di belakang yang menunggu. Pertolongan pun datang setelah supir Strada mau menolong menarik oplet yang kami tumpangi.
Ada tiga pelajaran menarik saya peroleh di pagi hari itu dari para supir truck.
Solidaritas, keberanian mengambil resiko dan persistensi. Rasa solidaritas mereka begitu tinggi karena mau membantu kawannya yang lagi kesusahan. Mereka tidak egois hanya mementingkan dirinya sendiri. Melihat sopir truk pengangkut getah karet terjebak dalam lumpur, sopir truk tangki mau menolong dan tak hanya berpangku tangan.

Pelajaran kedua adalah keberanian mengambil resiko.
Mereka tahu kalau kondisi cuaca sering hujan dan jalan berlumpur. Namun getah karet tetap harus diangkut ke Pontianak. Resiko perjalanan dalam situasi seperti itu, pasti kendaraan terjebak di jalan berlumpur. Mereka terima dan hadapi resiko itu. Yang penting jalan, berangkat dulu. Nanti kalau terperosok, ya cari bantuan. Mungkin perintah pemilik truknya seperti itu.

Ketiga, persistensi atau ulet.
Ini semacam semangat pantang menyerah waktu menghadapi masalah. Setelah tahu trucknya terperosok, mereka tettap cari jalan gimana caranya supaya bisa lolos. Mulai mencangkul tanah sampai cari potongan kayu untuk menganjak roda. Semakin banyak yang mereka upayakan, semakin besar peluang untuk lolos dari kesulitan. Sampai akhirnya pertolongan itu datang, hingga akhirnya trsuck tangki yang membantu itu tiba.

Solidaritas terhadap kawan, berani mengambil resiko dan ulet mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah. Tiga pelajaran kehidupan yang saya terima di perjalanan pagi hari itu.

sumber : yudhihendros.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali"

Kisah-Kisah Sukses Petani Sawit

KISAH PELAYAN MENJADI MANAGER JARINGAN HOTEL DUNIA