Kisah BISNIS KUE ‘Merubah’ 2 juta menjadi 10 Milliar – VILLA KEK PISANG,
Peluang Wirausaha bisnis modal kecil bisa dirintis dari bermacam bidang, diantaranya kue oleh oleh. Berdiri pada 2007, Selvi Nurlia berhasil mengembangkan oleh-oleh khas Batam dengan merek ‘Villa Kek Pisang’. Sempat merintis penjualan kerupuk udang, klepon ataupun rumah makan padang, ‘jodoh’ Selvi tampaknya berlabuh ke bolu pisang tersebut.
.
Usaha bolu dari perempuan berusia 30 tahun lulusan Teknik Elektro, Universitas Andalas, Sumatera Barat dan suaminya itu, diawali dengan membuat kue bolu pisang yang dibungkus plastik dan diedarkan ke berbagai warung dengan harga Rp 1.000.
.
Suaminya berujar bahwa kue pisang istrinya bisa dijadikan bisnis. “Kek pisang kayaknya bagus kalau tidak dibuat kecil-kecil. Apalagi, kue dalam ukuran kecil cenderung sia-sia jika tidak berhasil dijual.” Akhirnya, mereka memutuskan menjual kue pisang dalam ukuran besar, seperti brownies.
.
Dengan modal Rp 2 juta yang kebanyakan dibelikan bahan baku seperti gula dan tepung terigu per sak, pasangan suami istri ini ini serius menggarap bisnis barunya. Nama Villa dipakai sebagai merek dagang oleh Selvi karena dia dan suami tinggal di perumahan Villa Muka Kuning.”Nama ini cepat dihapal dan tidak susah diucapkan oleh masyarkat. Jadi orang nyebutnya plong.”katanya.
.
Selvi juga membuat perubahan bentuk produk, dari bulat menjadi kotak dengan alasan menambah nilai jual. Selvi berkiblat kepada Brownies Amanda. Sebelum diedarkan ke pasaran, Selvi juga memutuskan untuk menjual produk dengan rasa lebih dari satu
“Kami saat itu berpikir enaknya diberikan rasa apa ya? Karena di rumah saat itu ada selai strawberry kami coba dan ternyata rasanya lucu. Salah satu keuntungan pisang adalah cocok dengan selai apa saja,”katanya. Setelah mulai percaya diri dengan produk dan variannya, Selvi membuat logo dan kemasan agar menarik untuk dijual.
.
Akhirnya, Villa Kek pisang ini resmi berdiri 20 Februari 2007 di sebuah rumah tipe 36. Awalnya mereka mengajak tetangga untuk membantu menjualkan produknya di kantor dengan bonus imbalan sebesar Rp 3000 per kue. Selvi menjual kue tersebut dengan harga Rp 12 ribu untuk original dan Rp 15 ribu untuk variannya. Produksi ini dibantu dengan satu orang ibu tetangga dan 2 pasutri saudara mereka.
Momentum kebangkitan kue tersebut terjadi saat Selvi kedatangan pembeli yang memesan sebanyak 8 kotak untuk dibawa ke Medan sebagai oleh-oleh pada November 2007. Dari situ, Selvi berpikir untuk memposisikan kue buatannya sebagai ‘bolu khas Batam’. Selvi segera mengubah positioning produk dengan mengubah harganya menjadi Rp 35ribu dan mengganti taglinenya dari So Cozy So Delicous menjadi “Batam, Ya Kek Pisang Villa”. “Kami mengubah harga dan pembeli malah tidak lari karena ada kebutuhan di sini yaitu oleh-oleh. Jadi pasar kita berubah tapi malah makin banyak,”katanya.
.
Usahanya kian berkembang. Namun, positioning itu ternyata juga mendapatkan banyak tentangan dari orang asli Batam. “Saya sudah tinggal sampai 20 tahun ini di sini, tetapi kamu seenaknya saja menyebut sebagai oleh-oleh. Siapa kamu yang baru tinggal di sini,”katanya menirukan orang-orang sekitar. Namun, Selvi menambahkan, “Kami cuma menghadapi itu semua dengan senyuman.”
.
Rumah produksi dipusatkan di Batam Center, yang kini sudah mempunyai 2 outlet yang berdampingan dan Nagoya yang tempatnya yang lebih luas dan dijadikan tempat produksi. Di Kini sebagai sarana delivery Selvi sudah mempunyai 3 unit mobil dan 4 armada motor.Seiring berkembangnya bisnis kue tersebut, kualitas tetap harus dijaga. Untuk itu, Selvi menerapkan pemisahan manajemen pemegang bahan, pemegang oven, pemegang pengadukan, pemegang timbangan dan lainnya. Sedangkan pemegang resep diberikan kepada orang yang dipercaya. “Hal ini dilakukan agar kualitas kue terus sama.”
.
saat ini Dengan omzet Rp10 miliar per tahun, impian membuka cabang di 40 kota pada 2015 pun rasanya tidak terlalu muluk.
Komentar