Belajar dari Anak Kecil




Melihat video ketika anak saya sedang belajar jalan, Saya jadi inget tausiyah Aa Gym tentang Pelajaran hidup dari anak kecil “Mestinya kita bisa belajar seperti anak balita yang baru belajar jalan. Meskipun anak kecil itu beberapa kali jatuh, mereka terus bisa bangkit lagi”.
‘Jatuh’ bagi orang dewasa, bisa berarti gagal, bangkrut, rugi, ditolak, ataupun keadaan tidak menyenangkan lain. Banyak orang dewasa yang merasa malu dengan keadaan ini. Sebenarnya ‘jatuh’ itu sesuatu yang sangat biasa, seperti anak kecil yang jatuh saat bejalar jalan. Tetapi karena berbagai ‘predikat’ yang sudah kita sandang, kita jadi malu kalau harus mengalami ‘jatuh’ tadi. Anak kecil tidak pernah menyerah saat jatuh, kalau yang dewasa menyerah saat jatuh, kalah donk sama anak kecil :D
Walaupun anak kita masih kecil, tapi ada banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari mereka. Dan mungkin hal-hal ini sebenarnya juga pernah kita lakukan sewaktu kecil.
Ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa anak usia 5 tahun ke bawah tersenyum 300 kali/hari. Sementara orang dewasa rata-rata tersenyum hanya  3 kali/hari. Woww.. jauh sekali perbedaannya.  Jangan-jangan, senyum 3kali/hari itu sudah termasuk senyum sinis yang kita lakukan. :D bukankah “senyummu kepada saudaramu adalah sedekah”? yuk senyuummm… :)
Banyak hal lain yang kita bisa ambil sebagai pelajaran hidup dari anak kecil,mereka selalu Antusias, menganggap semua mimpi adalah mungkin, apapun yang terjadi tetap ceria, sangat imajinatif dalam berpikir, sederhana, apa adanya, tidak rumit, berkeras untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan…
Dan masih banyak sikap-sikap mendasar lain yang terdapat dalam diri anak kecil yang bisa diadaptasi dalam hidup kita. Jika kita memang bisa mengambil  pelajaran hidup dari anak kecil agar kehidupan kita menjadi lebih baik, kenapa tidak?

Cerita Pelajaran  Hidup Dari Anak Kecil

Di bawah ini adalah cerita inspiratif yang menggambarkan bagaimana kita bisa mengambil pelajaran hidup dari anak kecil.
Dua anak kecil bermain, kemudian terjadi perselisihan, saling mengejek, dan akhirnya berantem. Keduanya pulang ke rumah dalam keadaan menangis. Mengetahui anaknya menangis, sang ibu menanyakan sebabnya. Sang anak bercerita, bahwa si B mengejek, kemudian memukulnya. Mendengar penjelasan anaknya dan melihat ada bekas pukulan, sang ibu marah luar biasa.
Demikian pula dengan ibu dari anak yang satunya lagi. Sang ibu langsung merasa sangat marah karena merasa anaknya yang benar. Perasaan marahnya semakin menjadi-jadi ketika melihat anaknya mengalami luka pukulan dan gigitan. Ketika melihat ibu dan teman anaknya datang, dirinya langsung memaki-maki sang ibu teman anaknya. Dirinya memaki-maki sebagai ibu yang tidak tahu mengajar anak. Demikian juga dengan sang ibu yang dimaki-maki, dirinya tidak kalah memaki balik dengan perkataan yang lebih keras lagi.
Seminggu kemudian, kedua anak saling berjumpa di lapangan sepak bola. Pertama-tama mereka merasa sedikit ragu-ragu. Tetapi akhirnya terpaksa bermain bola bersama-sama. Selanjutnya ketika permainan dimulai, mereka tidak lagi mengingat bahwa mereka telah berkelahi seminggu yang lalu. Kegembiraan dalam permainan bola ini, menjadikan mereka bersahabat kembali.
Dua minggu kemudian, kebetulan kedua ibu dari anak tersebut bertemu dipasar. Ketika mereka saling melihat, mereka langsung membuang muka masing-masing.
Setahun kemudian, mereka bertemu disebuah pesta. Ketika bertemu, mereka langsung teringat bahwa mereka berdua adalah musuh, sehingga masing-masing langsung membalikan badan untuk berjauhan.
Dalam kisah yang umum ini, siapakah yang pantas memberikan contoh dan yang harus belajar ? Apakah kedua anak harus mengikuti perbuatan ibunya, ataukah sang ibu yang harus belajar dari anaknya ?
Janganlah kita malu untuk belajar kembali seperti anak kecil, bukankah kita sendiri pernah menjadi anak kecil. Kesadaran kita sewaktu kecil tidak terlalu kuat diperdaya oleh segala ‘predikat’ yang kita sandang. Setelah dewasa tanpa kita sadari, bahkan menjadi lebih terikat dengan segala ‘predikat’
Banyak pula yang mengatakan karena para anak kecil masih bodoh. Walaupun hal ini ada benarnya dalam beberapa hal, tetapi dalam hal ‘kesadaran’, mereka kadang lebih baik dari kita. Manusia semakin lama semakin merasa pandai memahami pengetahuan, tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka juga semakin bodoh dalam memahami jati diri.
Demikian sekelumit pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari anak kecil. Semoga bermanfaat..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Yang Sudah Berlalu Tak Perlu Disesali"

KISAH PELAYAN MENJADI MANAGER JARINGAN HOTEL DUNIA

Kisah-Kisah Sukses Petani Sawit